Terobosan Besar!! Sosiodrama dengan Nilai TRINGA Jadi Senjata Ampuh Lawan microaggressions di Sekolah!

Malang, Indonesia – Apakah candaan kecil yang sering terdengar di ruang kelas dapat menyakiti secara mendalam? Di tengah maraknya perilaku microaggressions, perundungan halus yang sering tak disadari, SMP Islam Diponegoro Wagir di Malang telah menemukan cara revolusioner untuk mencegahnya. Dengan menggunakan metode sosiodrama bermuatan nilai-nilai TRINGA, para siswa tidak hanya belajar memahami dampak buruk tindakan mereka, tetapi juga mempraktikkan empati melalui simulasi peran yang interaktif dan mendidik.
Dibangun dari filosofi Jawa Ngerti, Ngeroso, Ngelakoni yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, sosiodrama TRINGA menggabungkan permainan peran dengan nilai-nilai lokal untuk menanamkan kesadaran sosial. Teknik ini membawa siswa langsung ke situasi nyata, di mana mereka berperan sebagai pelaku, korban, atau pengamat, memungkinkan mereka untuk memahami dampak perilaku microaggressions dari berbagai perspektif.
Dalam penelitian terhadap 24 siswa, kelompok eksperimen yang mengikuti metode sosiodrama menunjukkan penurunan signifikan dalam perilaku microaggressions. Nilai signifikansi uji Wilcoxon sebesar 0,002 menunjukkan bahwa pendekatan ini lebih efektif dibandingkan metode tradisional seperti diskusi kelompok. Delapan siswa bahkan berhasil menurunkan kategori perilaku mereka dari “sedang” menjadi “rendah.”
"Dulu saya pikir candaan itu biasa saja, tapi ternyata teman saya merasa tersakiti," kata salah satu siswa. "Sekarang saya lebih berhati-hati dengan ucapan saya."
Data menunjukkan 71% siswa di sekolah tersebut berada pada kategori perilaku microaggressions sedang, sementara 21% di kategori tinggi. Perilaku ini, meskipun sering kali tidak disadari, dapat memicu kecemasan, rasa rendah diri, bahkan depresi pada korban. Program sosiodrama ini dirancang untuk mencegah hal tersebut dengan pendekatan langsung yang menyenangkan, namun mendalam. Para peneliti menyarankan agar metode ini diadaptasi ke sekolah lain di Indonesia, bahkan di luar negeri, dengan menyesuaikan nilai-nilai budaya setempat. Selain itu, teknik sosiodrama ini dinilai berpotensi besar digunakan untuk mengatasi berbagai isu sosial lainnya seperti bullying dan konflik antar kelompok.
Selain hasil yang signifikan, program ini juga mendapat tanggapan positif dari para guru dan konselor. "Siswa terlihat lebih antusias dan terlibat aktif. Mereka belajar tanpa merasa digurui," ujar salah satu konselor sekolah. Dengan keberhasilan ini, SMP Islam Diponegoro Wagir membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa. Sosiodrama TRINGA menjadi alat efektif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat, inklusif, dan penuh empati.
"Kita butuh lebih banyak sekolah yang mengutamakan empati dan kesadaran sosial," kata peneliti. "Metode ini bisa menjadi langkah awal untuk membangun generasi muda yang lebih peduli dan bertanggung jawab."
- 0 Comment(s)
0 comments