Kini hadir aplikasi inovatif yang dirancang untuk membantu perempuan memahami, mengelola, dan meningkatkan kesehatan mental mereka secara mandiri. Aplikasi yang diberi nama "EmpowerMind" ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Negeri Malang, dengan tujuan untuk menjawab kebutuhan mendesak akan aksesibilitas informasi dan literasi kesehatan mental di kalangan perempuan. Berbasis Gender Equality and Social Inclusion (GESI), EmpowerMind hadir sebagai platform yang ramah pengguna dan inklusif, memberikan dukungan bagi perempuan yang sering kali menghadapi tantangan terkait kesehatan mental.

Menurut data yang dirilis pada tahun 2023, perempuan cenderung mengalami kecemasan dan depresi lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dalam beberapa kasus, kesulitan akses terhadap layanan kesehatan mental, stigma sosial, serta tekanan peran gender menjadi faktor yang memperparah kondisi ini. EmpowerMind hadir sebagai respons terhadap situasi tersebut, menawarkan berbagai fitur yang tidak hanya informatif tetapi juga interaktif untuk membantu perempuan secara mandiri.

EmpowerMind dilengkapi dengan berbagai fitur yang dirancang untuk mendukung kesehatan mental penggunanya. Salah satunya adalah alat self-assessment yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, aplikasi ini menyediakan panduan tentang cara-cara menangani gangguan kesehatan mental dengan aman dan mudah dipahami. Dengan adanya fitur-fitur tersebut, EmpowerMind memungkinkan perempuan mengenali gejala-gejala gangguan mental dan mengakses informasi penanganan lebih lanjut.

"Aplikasi ini bukan hanya sekadar alat edukasi, tetapi juga media yang membantu perempuan dalam proses pemulihan dan pencegahan. EmpowerMind memberikan ruang bagi perempuan untuk meningkatkan literasi kesehatan mental dan mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap kesehatan mental mereka sendiri," ujar Dr. Khairul Bariyyah, ketua tim peneliti dari Universitas Negeri Malang.

Aplikasi EmpowerMind telah melalui serangkaian uji coba, termasuk uji terbatas dengan melibatkan ahli bimbingan dan konseling serta uji kelompok kecil dengan melibatkan delapan perempuan. Hasilnya, aplikasi ini menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan literasi kesehatan mental. Rata-rata skor literasi kesehatan mental peserta meningkat dari 60 menjadi 85 setelah intervensi, sedangkan skor kecemasan, depresi, dan stres menurun signifikan, sebagaimana diukur menggunakan skala DASS-21.

Dengan temuan ini, tim peneliti berencana melakukan sejumlah perbaikan berdasarkan umpan balik pengguna, termasuk penyederhanaan navigasi dan peningkatan aksesibilitas fitur. Setelah itu, aplikasi ini akan diuji kembali dalam skala lebih besar sebelum diimplementasikan secara luas. "Tujuan kami adalah membuat EmpowerMind dapat diakses oleh semua perempuan, terutama mereka yang menghadapi hambatan dalam mendapatkan informasi dan layanan kesehatan mental," tambah Dr. Khairul.

EmpowerMind merupakan langkah konkret dalam mendukung kesetaraan gender dan inklusi sosial. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor 5 tentang kesetaraan gender. Dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mengintegrasikan aplikasi ini ke dalam program kesehatan mental dan sosial yang sudah ada. EmpowerMind diharapkan dapat menjadi bagian dari program resmi, seperti yang ada di puskesmas dan komunitas perempuan, untuk memberikan manfaat bagi lebih banyak perempuan di masa mendatang.

Masyarakat pun menyambut positif kehadiran aplikasi ini. "Kami berharap EmpowerMind benar-benar bisa membantu perempuan di sini untuk lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental," ujar salah satu pengguna aplikasi ini. Dukungan dari berbagai pihak sangat penting agar EmpowerMind dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi kesehatan mental perempuan.

Dengan langkah-langkah ini, EmpowerMind memiliki potensi untuk mengubah cara pandang perempuan terhadap kesehatan mental dan memfasilitasi mereka dalam mengakses informasi yang mereka butuhkan. EmpowerMind bukan hanya aplikasi biasa, tetapi juga simbol pemberdayaan dan dukungan bagi perempuan untuk hidup lebih sehat, sejahtera, dan bahagia.